“KIAMAT” 2000 SM DI SODOM DAN GOMORA: KETIKA TUHAN MENGGERAKKAN RETAKAN GEOLOGI LAUT MATI
Oleh: Awang Harun Satyana
Inilah peristiwa yang tercantum dalam kitab-kitab suci. Sodom dan Gomora, terletak di tepi tenggara Laut Mati, berada di atas Sesar Moab. Pembinasaan Sodom dan Gomora dimulai dengan pergerakan Sesar Moab yang diikuti terjadi gempa besar yang menghancurkan, membakar, dan menenggelamkan kota. Bencana katastrofik ini telah menewaskan seluruh penduduk Sodom dan Gomora kecuali Lot/Luth dan dua putrinya.
Sebuah lukisan karya John Martin (1852) menunjukkan pembinasaan Sodom dan Gomora melalui hujan api dan belerang hasil letusan gunung garam/lumpur. Nampak dilukiskan Lot dan kedua putrinya selamat dari bencana ini (Wikipedia, 2010).
Kisah pembinasaan yang merupakan “kiamat” bagi kota Sodom dan Gomora. Kedua kota itu setelahnya terhapus dari muka Bumi, merupakan kisah terkenal dalam kitab-kitab suci agama Kristen/Katolik (Kitab Kejadian 18-19) dan Islam (QS. Huud, 11: 74-83, QS. Al Hijr, 15: 73-76, QS. Asy-Syu’araa’, 26: 172-175, QS. Al-Qamar, 54: 33-38). Kitab-kitab suci ini menyaksikan bahwa Tuhan membinasakan kedua kota ini karena dosa-dosa “berat” yang telah dilakukan oleh hampir semua penduduknya, sebagai peringatan untuk umat manusia masa sesudahnya. Pembinasaan dikisahkan terjadi melalui penjungkirbalikan kota dan wilayah di sekitarnya, hujan api, belerang, dan batu.
Tulisan ini bermaksud melihat aspek-aspek geologi yang terlibat dalam bencana pembinasaan Sodom dan Gomora. Bencana ini berhubungan dengan gempa dan letusan gunung lumpur, merupakan hipotesis penulis. Sebagian orang meragukan kebenaran kisah pembinasaan Sodom dan Gomora. Tulisan ini akan menunjukkan hasil-hasil penelitian arkeologi dan geologi yang telah dilakukan di sekitar lokasi, yang diduga sebagai lokasi-lokasi Sodom dan Gomora. Tulisan ini akan menyimpulkan apakah kesaksian kitab-kitab suci itu benar atau tidak berdasarkan kajian ilmiah khususnya geologi.
Tulisan ini berangkat dari kesaksian kitab-kitab suci agama Kristen/Katolik (Alkitab) dan Islam (Al Qur’an) yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Bagian-bagian yang berhubungan dengan kisah pembinasaan Sodom dan Gomora dipelajari. Kitab-kitab tafsir untuk bagian-bagian terkait yang didasarkan kepada bahasa-bahasa aslinya (bahasa Ibrani versi Aram untuk Alkitab dan bahasa Arab untuk Al Qur’an) dipelajari. Hasil-hasil penelitian arkeologi yang dipublikasikan dipelajari untuk menentukan lokasi Sodom dan Gomora yang paling mungkin. Data geologi regional dan detail di sekitar lokasi yang diduga Sodom dan Gomora dipelajari untuk melihat kemungkinan mekanisme bencana yang membinasakan kedua kota ini. Pembelajaran aspek-aspek kitab suci, arkeologi dan geologi dianalisis secara simultan dan berhubungan untuk menghasilkan sintesis tentang mekanisme pembinasaan Sodom dan Gomora.
Kesaksian Kitab Suci
Kitab suci agama Kristen/Katolik menyaksikan kisah pembinasaan Sodom dan Gomora di dalam Kitab Kejadian 18 dan Kejadian 19 (terjemahan Bahasa Indonesia, Lembaga Alkitab Indonesia – LAI, 1984). “Sesudah itu berfirmanlah Tuhan: “Sesungguhnya banyak keluh kesah orang tentang Sodom dan Gomora dan sesungguhnya sangat berat dosanya” (Kejadian 18 : 20). Ketika fajar telah menyingsing, kedua Malaikat itu mendesak Lot, supaya bersegera, katanya: ‘’Bangunlah, bawalah isterimu dan kedua anak- mu yang ada di sini, supaya engkau jangan mati lenyap karena kedurjanaan kota ini’’ (Kejadian 19 : 15).
Kemudian Tuhan menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari Tuhan, dari langit, dan ditunggangbalikkan-Nya-lah kota-kota itu dan Lembah Yordan dan semua penduduk kota-kota serta tumbuh-tumbuhan di tanah. (Kejadian 19:24, 25). Ketika Abraham pagi-pagi pergi ke tempat ia berdiri di hadapan Tuhan itu, dan memandang ke arah Sodom dan Gomora serta ke seluruh tanah Lembah Yordan, maka dilihatnyalah asap dari bumi membubung ke atas sebagai asap dari dapur peleburan (Kejadian 19 : 27, 28).
Apa maksud Tuhan membinasakan Sodom dan Gomora, itu adalah pertanyaan teologi, tetapi jawabannya bisa dijumpai di Kitab yang lain. “... dan jikalau Allah membinasakan kota Sodom dan Gomora dengan api, dan dengan demikian memusnahkannya dan menjadikannya suatu peringatan untuk mereka yang hidup fasik di masa-masa kemudian” (2 Petrus 2:6).
Kitab Suci Al Qur’an (terjemahan Bahasa Indonesia, Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Pentafsir Al Qur’an, 1971) menyaksikan kisah pembinasaan Sodom dan Gomora (di dalam Al Qur’an disebut sebagai “negeri kaum Luth”) di dalam Surat Huud (Hud) pada ayat 74-83, Surat Al Hijr ayat 73-76, Surat Asy-Syu’araa’ ayat 172-175 dan Surat Al Qamar ayat 34. Beberapa kutipan Surat Huud dan Surat Al Hijr yang berhubungan adalah seperti di bawah ini.
Pada ayat 76, Hai Ibrahim, tinggalkanlah soal jawab ini, sesungguhnya telah datang ketetapan Tuhanmu, dan sesungguhnya mereka itu akan didatangi azab yang tidak dapat ditolak. Ayat 81, para utusan (malaikat) berkata: “Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengi- kut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorangpun di antara kamu yang tertinggal, kecuali isterimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh, bukan- kah subuh itu sudah dekat?” Ayat 82 - 83 berbunyi, “maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim” (QS. Huud, 11: 82-83).
“Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur, ketika matahari akan terbit. Maka kami jadikan bahagian atas kota itu terbalik ke bawah dan Kami hujani mereka dengan batu belerang yang keras. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Kami) bagi orang-orang yang meperhatikan tanda-tanda. Dan sesungguhnya kota itu benar-benar terletak di jalan yang masih tetap (dilalui manusia).”(QS. Al Hijr, 15: 73-76).
Arkeologi Sodom dan Gomora
Tahun 1924, ahli arkeologi Albright dan Kyle melakukan penggalian arkeologi di bagian tenggara Laut Mati (lihat Halley, 1965). Di tempat ini, mereka menemukan bekas-bekas lima oase yang dialiri sungai, dan di tengah-tengah aliran sungai-sungai ini pada ketinggian 500 kaki di atas muka Laut Mati, di tempat yang disebut Bab ed-Dra (Bab edh-Dhra), ditemukan bangunan seperti bekas benteng (Gambar 1). Ditemukan juga artefak- artefak seperti batuapi, tiang penambat ternak dan lain-lain yang umurnya di antara 2500-2000 SM. Terdapat juga bukti-bukti yang menunjukkan bahwa kebudayaan di sini berakhir secara mendadak pada sekitar 2000 SM. Wilayah yang semula diperkirakan sangat subur ini kemudian nampak terisolasi akibat berubahnya kondisi tanah. Albright dan Kyle (lihat Halley, 1965) berpendapat bahwa Sodom dan Gomora terletak di sekitar oase ini.
Ahli geografi dan sejarah Strabo mengatakan bahwa berdasarkan dokumen penduduk setempat di wilayah Moasada, ada cerita bahwa “suatu waktu ada tiga belas kota di wilayah ini dan salah satunya adalah Sodom yang merupakan sebuah kota metropolis. Strabo berpendapat bahwa Sodom yang disebutkan dalam Alkitab adalah reruntuhan bernama Kharbet Usdum di dekat bukit batugaram dan batugamping di ujung barat daya Laut Mati (de Saulcy, 1853).
Gambar 1. a. Lokasi Laut Mati (Dead Sea) yang merupakan perbatasan antara Israel dan Yordania (Wikipedia, 2010). b. Kelima kota “cities of the plain” di Lembah Sidim hasil penggalian arkeologi (www.bib-arch.org/images), Bab edh-Dhra dan Numeira masing-masing adalah Sodom dan Gomora. c. Penggalian arkeologi menunjukkan bekas puing-puing bangunan kota di Bab edh-Dhra (Reznick, 2010). d. Penggalian arkeologi di Bab edh-Dhra (Sodom) menemukan kerangka-kerangka yang telah membatu menunjukkan aktivitas semasa penduduk Sodom melarikan diri dari bencana yang menghujani kotanya (www.bestfard.wordpress.com).
Rast dan Schaub (1973) menemukan dan meneliti kota-kota Numeira, es-Safi, Feifeh dan Khanazir. Semua kota ini terletak di dekat Laut Mati dengan artefak-artefak yang ditemukan berupa bekas-bekas terbakar dan belerang pada batu-batu yang ditemukan. Menurut Shaub (1993), Bab edh-Dhra adalah Sodom, Numeira adalah Gomora, es-Safi adalah Zoar, Feifeh adalah Adma, dan Khanazir adalah Zeboim (Gambar 1).
Rast dan Schaub (1973) pun menemukan hilangnya peradaban di kota-kota ini secara mendadak pada menjelang akhir Abad Perunggu Awal (Early Bronze Age). Penemuan-penemuan arkeologi yang digali di Bab edh-Dhra kini disimpan di Karak Archaeological Museum (Karak Castle) dan Amman Citadel Museum.
Donahue (1985) menemukan bekas-bekas bangunan yang dilanda bencana (gempa) di Bab edh-Dhra dan Numeira. Penggalian arkeologi dan penyelidikan geologi disana menemukan bahwa gempa telah mengangkat ketinggian kota Bab edh-Dhra setinggi 28 meter relatif terhadap sebuah wadi bernama Wadi Karak di sisi utara kota. Perbedaan ketinggian ini telah menyebabkan tembok utara kota runtuh ke arah wadi. Penggalian di Numeira menemukan menara yang runtuh dan lapisan-lapisan tanah yang luas dengan ciri-ciri bekas terbakar. Gempa di sini telah mengangkat Numeira setinggi 50 meter relatif terhadap wadi di sebelah utara Numeira.
Schaub (1993) melaporkan penemuan peninggalan di Bab edh-Dhra dan Numeira yang menunjukkan bekas-bekas bencana. Banyak bukti ditemukan di Numeira bahwa penduduk meninggalkan kota dengan tergesa-gesa. Banyak keramik ditemukan terguling di lantai yang terlalu besar dan berat untuk dibawa evakuasi dalam keadaan terburu-buru. Terdapat bukti di area pekuburan Bab edh-Dhra bahwa kota ini dihancurkan oleh kebakaran besar. Di bawah puing-puing, para ahli arkeologi menemukan tumpukan kerangka- kerangka manusia dan tengkorak-tengkorak yang tidak beraturan susunannya (Rast dan Schaub, 1980) (Gambar 1). Kerusakan juga meluas ke daerah-daerah di luar tembok kota.
Masa Pembinasaan
Masa pembinasaan Sodom dan Gomora dapat diperkirakan pada kronologi Kitab Kejadian atau pentarikhan umur absolut artefak-artefak yang ditemukan. Pentarikhan artefak-artefak dengan sisa pembakaran yang ditemukan di Bab edh-Dhra dan Numeira menghasilkan umur sekitar 2300 SM. Perhitungan lain berdasarkan kronologi keluarnya bangsa Israel dari Mesir (exodus) yang terjadi pada sekitar tahun 1500 SM, menemukan bahwa masa pembinasaan Sodom dan Gomora dihitung terjadi pada 2070 SM (Wood, 2000). Sambil menunggu kemajuan penyelidikan tarikh yang lebih tepat, peristiwa pembinasaan Sodom dan Gomora umumnya diperkirakan terjadi pada sekitar tahun 2000 SM atau sekitar 4000 tahun yang lalu.
Danau Laut Mati
Berdasarkan penemuan-penemuan arkeologi, dapat diperkirakan bahwa Sodom dan Gomora terletak di tepi tenggara Laut Mati (dalam bahasa Aram dan Arab masing-masing disebut Yam Ha-Melah dan Al Bahr Al Mayyit). Karena itu, pembahasan selanjutnya akan dibatasi pada fenomena geologi Laut Mati dalam kemungkinan menimbulkan bencana geologi.
Laut Mati adalah sebuah danau air asin yang terletak di perbatasan Israel dan Yordania (Gambar 1). Permukaan Laut Mati terletak 418 m di bawah muka laut (data tahun 2006 -Microsoft Encarta, 2009), atau merupakan permukaan air paling rendah di Bumi. Panjang danau 80 km dengan lebar maksimum 18 km, luas areanya 1020 km2. Di sebelah timur Laut Mati, terdapat Plato Moab setinggi 1340 m di atas muka laut. Di sebelah baratnya terdapat Plato Yudea setinggi sekitar setengah ketinggian Plato Moab. Sebuah tanjung, Tanjung Lisan, memotong bagian selatan Laut Mati dan membuatnya sangat dangkal, kurang dari 6 m. Bagian utara Laut Mati merupakan bagian terdalam, sampai sekitar 300 m.
Laut Mati terutama dialiri oleh Sungai Yordan dari sebelah utara. Beberapa sungai kecil mengaliri dari sebelah timur. Danau ini tidak memiliki muara ke arah selatan karena di tempat ini terdapat dataran tinggi Negev. Sirkulasi air danau hanya melalui penguapan. Penguapan terjadi dengan cepat di iklim gurun yang panas dan kering. Karena Sungai Yordan banyak digunakan Israel dan Yordania untuk irigasi dan keperluan lainnya, maka volume air danau Laut Mati berkurang dengan cepat dalam 50 tahun terakhir ini. Pemerintah Israel dan Yordania pada tahun 2002 membangun pipa sepanjang 320 km menghubungkan Laut Mati dengan laut Teluk Aqaba di sebelah selatannya untuk mengurangi penyusutan volume air di Laut Mati. Bila penciutan volume air Laut Mati dibiarkan seperti sekarang, diperkirakan pada tahun 2050 Laut Mati akan lenyap.
Salinitas air Laut Mati sembilan kali lebih asin daripada laut pada umumnya. Karena begitu tinggi salinitasnya, tidak ada kehidupan di dalam Laut Mati, kecuali beberapa jenis mikroba yang dapat hidup dalam kondisi ekstrem. Ikan laut akan segera mati bila ditaruh di Laut Mati. Manusia dapat terapung di atas permukaan Laut Mati karena salinitasnya yang sangat tinggi.
Geologi Regional Laut Mati
Laut Mati secara tektonik regional menduduki bagian utara Lembah Retakan Besar (the Great Rift Valley). Lembah Retakan Besar merupakan depresi yang memanjang lebih dari 4830 km dari Mozambik di Afrika Tenggara sampai Siria di Asia Barat daya. Lembah retakan besar ini dibentuk oleh gerak-gerak lempeng yang mendasari Asia Barat daya dan Afrika Tenggara dan terbentuk selama 50 juta tahun terakhir.
Elevasi Lembah Retakan Besar bervariasi dari 418 meter di bawah muka laut (pantai Laut Mati) sampai 1829 m di atas muka laut pada beberapa tebing di wilayah Kenya, Afrika Timur. Lebar Lembah retakan ini berkisar dari beberapa km sampai lebih daripada 160 km. Di Afrika Tenggara, Lembah ini membentuk dua cabang: Retakan Barat (Western Rift) dan Retakan Timur (Eastern Rift). Danau Tanganyika, salah satu danau terbesar di dunia, terbentuk di atas Retakan Barat. Danau-danau lain dan sungai yang terbentuk sepanjang Lembah Retakan Besar dari selatan ke utara adalah: Danau Malawi, Laut Merah, Teluk Aqaba, Laut Mati, Sungai Yordan, dan Danau Galilea (Danau Tiberias).
Laut Mati menduduki sebagian transform boundary antara Lempeng Arabia dan Sub-lempeng Sinai (ujung utara timurlaut Lempeng Afrika) (Garfunkel et al., 1981; Aydin dan Nur, 1982) (Gambar 2, 3). Transform boundary Laut Mati berupa Zona Sesar Laut Mati. Tektonik wilayah-wilayah Israel, Yordania, Libanon, Siria, dan Tepi Barat (West Bank) didominasi oleh gerakan Lempeng Arabia ke sebelah utara relatif terhadap Lempeng Afrika dengan kecepatan sekitar 6 mm/tahun. Gerakan ini diakomodasi oleh pergeseran sepanjang Zona Sesar Laut Mati.
Karena merupakan transform boundary, maka Danau Laut Mati dibentuk oleh sistem sesar mendatar besar, sehingga genesa Laut Mati berhubungan dengan mekanisme pull-apart basin membentuk blok-blok rombohedral yang tenggelam diapit dua sesar mendatar besar, yang merupakan sistem transform boundary, yaitu Sesar Yudea di sebelah barat Laut Mati dan Sesar Moab di sebelah timurnya (Gambar 2). Sesar-sesar ini umum disebut sebagai Zona Sesar Laut Mati (Dead Sea Faults).
Volkanisme yang berhubungan dengan retakan (rifting volcanism) ditemukan di beberapa tempat berupa aliran lava basal yang sudah tidak aktif lagi, antara lain tersingkap di Danau Galilea, Dataran Tinggi Golan dan di Yordania.
Gambar 2. Peta menunjukkan bahwa Laut Mati merupakan cekungan tarikan (pull-apart basin) oleh dua sesar mendatar besar yang membatasinya di sebelah barat (Sesar Yudea) dan sebelah timur (Sesar Moab) (transtension duplex) (Frumkin, 2009). Lokasi Sodom dan Gomora tepat di atas Sesar Moab. Penampang Cekungan Laut Mati dan formasi-formasi sedimen yang mengisinya (Katzman et al., 1995).
Gambar 3. Peta tektonik yang menunjukkan bahwa Laut Mati merupakan transform boundary antara Lempeng Arabia dan Sublempeng Sinai (www.see.leedas.ac.uc/structure). Sesar transform ini (sesar mendatar) merupakan jalur konsentrasi episentrum gempa-gempa dangkal (< 33 km) (USGS, 2004).
Geologi Struktur Laut Mati
Danau Laut Mati merupakan contoh ideal pull-apart basin akibat sesar mendatar (Allen dan Allen, 2005). Dua sesar mendatar (Sesar Yudea dan Sesar Moab) berposisi secara sejajar (dupleks) dan terhubung oleh suatu zona transfer (side-stepping) mengiri (left-stepping). Penting untuk diketahui bahwa baik lokasi Bab edh-Dhra (Sodom) dan Numeira (Gomora) terletak tepat di atas Sesar Moab (Gambar 2).
Sesar Moab berperan sebagai sesar utama sinistral (sinistral master strike-slip fault), sedangkan Sesar Yudea adalah left-stepping sinistral fault. Ketika kedua sesar mendatar sinistral ini bergerak, area tumpang tindih (overlapping area) di antaranya semakin panjang dalam gerak membuka (transtension) ke utara dan ke selatan membentuk cekungan tarikan (pull-apart basin). Lebar cekungan dan jarak kedua sesar tetap sama, tetapi area tumpang tindih kedua sesar dan cekungan semakin panjang dengan semakin jauhnya pergerakan kedua sesar tersebut. Model kinematika pembukaan Laut Mati melalui gerak transtension duplex antara Sesar Moab dan Sesar Yudea disebut overlap of side-stepping faults (Garfunkel et al., 1981; Ben-Avraham dan Zoback, 1992).
Di samping dibentuk oleh kinematika overlap of side-stepping faults, Laut Mati pun dimodifikasi di beberapa tempat oleh proses transform-normal extension (Gambar 4). Proses ini menyebabkan cekungan tarikan yang terbentuk akan asimetri dengan bagian paling dalam (deposenter) mendekati sesar transform utamanya dan melandai ke sisi lain yang dicirikan oleh perkembangan sesar-sesar normal yang subparalel. Penenggelaman cekungan seperti ini terjadi baik oleh sesar normal maupun tarikan akibat sesar mendatar pada saat yang bersamaan.
Cekungan Danau Laut Mati oleh proses- proses di atas menghasilkan cekungan dengan ciri khas cekungan tarikan, yaitu sempit tetapi dalam (Gambar 2). Lebar Cekungan Laut Mati 7-18 km, kedalaman sekitar 10 km, secara umum simetrik (kecuali di beberapa tempat seperti disebutkan di atas), dan memanjang sepanjang jurus sesar-sesar pembatasnya, yaitu sekitar 132 km. Danau yang terisi air sebagai danau, panjangnya 80 km.
Gerak sesar mendatar dimulai dari selatan pada Miosen Awal (25-14 Ma) dengan terbukanya Laut Merah. Gerakan ini membuka Lembah Arava di sebelah selatan Laut Mati, mengendapkan endapan red beds setebal dua km selama pergerakan sesar terhenti (Gambar 4). Gerakan selanjutnya terjadi pada Pliosen-Resen (sejak 4,5 Ma) membuka Laut Mati mengendapkan halit lakustrin-marin Formasi Sedom dengan ketebalan lebih dari 4 km, diikuti oleh endapan klastik dan karbonat evaporitik lakustrin setebal 3,5 km.
Gambar 4. Peta menunjukkan Laut Mati dan sesar-sesar mendatar yang membentuknya. Sodom dan Gomora terletak di atas sesar mendatar tepi timur Laut Mati (Sesar Moab). Gunung Sedom dan Tanjung El Lisan adalah diapir garam dan lempung di sebelah selatan Laut Mati. Penampang utara-selatan Laut Mati menunjukkan perpindahan deposenter ke arah utara dan keberadaan diapir-diapir (peta dan penampang dari Manspeizer, 1985).
Stratigrafi Cekungan Laut Mati
Pemekaran (extension) lokal dalam cekungan-cekungan tarikan (pull-apart basin) menyebabkan penenggelaman dan akumulasi sedimen yang sangat cepat. Sedimen setebal lebih dari 10 km dapat terakumulasi dalam waktu kurang dari lima juta tahun (tingkat sedimentasi lebih dari 2000 m/juta tahun). Karena cekungan yang sempit umumnya kehilangan panas lebih cepat, maka penenggelaman cekungan dipercepat dengan kehilangan panas (thermal subsidence).
Cekungan Laut Mati berisi sedimen dengan lingkungan arid (panas dan kering, garis lintang menengah, gurun). Cekungan ini berisi sedimen setebal lebih dari 10 km, terdiri atas endapan klastik fluvial, batugamping lakustrin dan evaporit Kelompok Laut Mati (Gambar 2). Formasi paling bawah ditempati Formasi Lido (Miosen Atas) berupa serpih. Di atasnya adalah endapan halit, gipsum, dan anhidrit Formasi Sedom (Pliosen), kemudian Formasi Amora (Plistosen Bawah) terdiri atas perselingan karbonat, serpih, batupasir dan konglomerat, di atasnya lagi adalah Formasi Lisan (serpih, Plistosen Atas) dan deposit Holosen Laut Mati. Sedimen Resen berupa kipas-kipas delta sungai-sungai yang berasal dari Tinggian Yudea dan Sungai Yordan. Sedimen Resen yang lain adalah sedimen arid aragonit dan gipsum. Tinggian Moab dan Yudea yang membatasi Laut Mati masing-masing di sebelah timur dan baratnya disusun oleh kelompok batuan berumur Pra-Kambrium sampai Mesozoikum.
Deposenter berpindah-pindah sesuai gerakan sesar-sesar mendatar pembentuk cekungan. Sedimen paling tua (Miosen) terdapat di bagian selatan cekungan, sedimen Pliosen terdapat di bagian tengah, dan sedimen Plistosen-Resen terdapat di bagian utara Cekungan Laut Mati.
Kegempaan Laut Mati
Berdasarkan data U.S. Geological Survey, National Earthquake Information Center (2010), banyak gempa telah tercatat sepanjang masa prasejarah dan sejarah di wilayah yang sekarang merupakan wilayah- wilayah Israel, Yordania, Libanon, Siria, dan Tepi Barat bahwa wilayah Yerikho di Israel dihancurkan oleh gempa pada sekitar tahun 1560 SM. Sebuah gempa dengan magnitude diperkirakan lebih dari 7,0, juga telah melanda wilayah Yudea, Samaria, dan Galilea pada sekitar 760 SM. Di wilayah Siria dan Libanon juga pernah tercatat gempa dengan magnitude melebihi 7,0 terjadi pada tahun 1202 M dan 1759 M.
Gempa dengan episentrum di Laut Mati pernah terjadi pada 11 Juli 1927 dengan magnitude 6,3. Gempa ini menewaskan sebanyak 500 orang. Gempa terhitung paling baru dan cukup signifikan adalah gempa yang terjadi pada 11 Februari 2004 dengan magnitude 5,3 berasal dari kedalaman 25,8 km (USGS, 2004). Lokasi episentrum gempa ini terletak di Zona Sesar Laut Mati (Gambar 3). Gempa ini melukai empat orang di bagian barat Yordania, menyebabkan tanah longsor di Ma’in. Kerusakan bangunan di Yerusalem, Petah-Tiqwa, Tel Aviv dan di daerah Nablus. Gempa dirasakan sampai Cairo, Mesir dan Libanon.
Data gempa dari tahun 1973-2010 (USGS, 2010) menunjukkan bahwa jalur Great Rift Valley yang di wilayah Israel dan sekitarnya diduduki oleh Teluk Aqaba, Laut Mati, Sungai Yordan, dan Danau Galilea, merupakan konsentrasi lokasi episentrum-episentrum gempa dangkal (< 33 km). Data momen tensor historis menunjukkan bahwa pematahan batuan penyebab gempa berasal dari sesar mendatar atau sesar normal. Hal ini sejalan dengan struktur geologi Laut Mati yang pembentukannya melalui pull-apart basin oleh sesar mendatar dan sesar normal.
Berdasarkan hal-hal di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gempa-gempa di Laut Mati dan sekitarnya terutama berhubungan dengan penyesaran mendatar akibat Zona Sesar Laut Mati yang sampai saat ini aktif bergeser dengan kecepatan 6 mm/tahun (Gambar 3).
Diapir dan Gunung Garam Laut Mati
Sedimentasi yang cepat selama Pliosen mengendapkan sedimen-sedimen berumur muda Formasi Sedom terdiri atas halit, gipsum, dan anhidrit ditutupi oleh sedimen-sedimen Plistosen silisiklastik yang lebih berat (Gambar 2, 4). Sedimen berumur muda yang diendapkan dengan cepat dalam cekungan yang tenggelam dan aktif secara tektonik akan menghasilkan kondisi geologi elisional yang terkenal memicu fenomena diapirisme. Endapan-endapan halit dan anhidrit Formasi Sedom mempunyai densitas yang lebih ringan dibandingkan dengan endapan-endapan silisiklastik di atasanya. Bila dipicu gerak tektonik seperti sesar, maka endapan halit, anhidrit dan batuan lain yang lebil ringan densitasnya, akan mengalir naik ke permukaan, memotong atau membawa endapan-endapan yang lebih muda di atasnya. Fenomena ini umum disebut sebagai diapir. Bergantung kepada materi penyusunnya, maka ada diapir garam (salt diapir) dengan asal materi berupa halit atau anhidrit, atau diapir lempung/serpih (shale diapir).
Diapir-diapir garam ditemukan di sepanjang Cekungan Laut Mati tersebar dari utara ke selatan (Gambar 4-6). Penyebaran diapir-diapir garam ini sangat kuat dikontrol sesar-sesar mendatar yang di wilayah ini karena penyebarannya mengikuti dan menempati jalur sesar mendatar, misalnya penyebaran diapir garam sepanjang Sesar Lembah Yordan (ten Brink et al., 1993; Katzman et al., 1995). Diapir garam terbesar (200 km2) ditemukan di bawah Tanjung Lisan, lokasi di dekat bekas kota Sodom dan Gomora (Gambar 6).
Sebuah diapir garam tersingkap di tepi selatan Laut Mati yang disebut Gunung Sedom (Jebel Usdum). Dalam hal ini, diapir tersebut telah menembus permukaan dan prosesnya disebut letusan gunung garam/gunung lumpur. Frumkin (2009) mempelajari diapir Gunung Sedom yang saat ini membentuk tiang garam setinggi 20 m (Gambar 6). Secara keseluruhan, puncak Jebel Usdum terletak 742 kaki di atas muka laut Laut Mati (Clapp, 1936). Diapir Sedom saat ini hanya mewakili bagian yang tersisa, sebagian tubuhnya telah runtuh, diduga akibat gempa. Umur diapir ini berdasarkan bongkah kayu yang dikandungnya sekitar 4000 tahun yang lalu (2000 SM) dengan menggunakan penanggalan C-14. Diapir ini diamati bertambah tinggi dari waktu ke waktu dengan kecepatan 9,3 ± 3,5 mm/tahun yang menunjukkan bahwa diapir Sedom terhubung ke diapirisme yang masih aktif di sisi barat daya Laut Mati (Zak, 1967). Gunung Sedom disusun oleh lapisan-lapisan tegak Formasi Sedom yang berumur Pliosen. Satuan evaporit Gunung Sedom terdiri atas halit, anhidrit dan lapisan-lapisan tipis dolomit. Satuan klastiknya terdiri atas batulanau, batulempung dan batupasir.
Diapir Sedom memiliki akar yang sangat dalam, dan diapir ini terangkat dari kedalaman minimal tiga km (Gardosh et al., 1997). Diapir ini telah terangkat sepanjang Kuarter (Zak, 1967) dan terdeformasi. Sama dengan diapir-diapir lainnya di Cekungan Laut Mati, pengangkatan diapir ini disebabkan daya apung (buoyancy) garam dan dalam perjalanannya ke atas memotong sedimen di atasnya yang densitasnya lebih berat, dikontrol oleh efek tektonik (Ben-Avraham dan Lazar, 2006) seperti sesar mendatar yang terdapat di Laut Mati.
Dalam banyak kasus, distribusi diapir-diapir lumpur maupun diapir garam dikontrol oleh sesar mendatar. Sesar-sesar ini umumnya menjadi jalan yang dilalui untuk massa diapir naik karena merupakan retakan yang bertekanan rendah. Diapirisme adalah massa di bawah permukaan yang bertekanan tinggi. Massa diapir ini kemudian akan aktif bergerak ketika zona tekanan tingginya dipecahkan oleh jalur retakan sesar mendatar yang bertekanan lebih rendah. Material lumpur atau garam akan mengalir terletusan melalui zona retakan ini, naik ke permukaan dan akan menjadi wujud gunung lumpur (mud volcano) atau gunung garam (salt volcano). Gunung garam Usdom adalah sebuah contoh salt volcano.
Zona Hidrokarbon Daerah Laut Mati
Laut Mati pada zaman dahulu disebut Lake Asphaltites. Rembesan minyak dan bitumen, dilaporkan ditemukan di seluruh kawasan Laut Mati. Salah satu yang terbaik untuk diamati adalah rembesan yang berlokasi di sebuah jurang di belakang Jebel Usdum. Rembesan-rembesan hidrokarbon di Laut Mati menunjukkan bahwa terdapat system hidrokarbon yang aktif di wilayah Laut Mati. Keberadaan aspal menunjukkan bahwa minyak di sini telah terbiodegradasi atau kondisi batuan induknya yang spesifik. Minyak yang terbiodegradasi atau yang API-nya rendah, misalnya menjadi aspal, umumnya berasal dari minyak yang digenerasikan oleh batuan induk yang dibentuk di lingkungan marin atau karbonat dengan kandungan belerang/sulfur yang tinggi (Hunt, 1996).
Gambar 5. Pantai Laut Mati, dengan lapisan halit menyusun tebing pantai (Wikipedia, 2010). Lapisan garam (halit) adalah bagian Formasi Sedom (Pliosen).
Mekanisme Pembinasaan Sodom dan Gomora
Berdasarkan hal-hal yang diterangkan di atas, maka dapat ditetapkan beberapa kesimpulan tentang kondisi geologi Laut Mati.
Laut Mati terletak di Jalur Lembah Retakan Besar (Great Rift Valley) yang panjang keseluruhannya mencapai 4830 km dari Mozambik di Afrika Tenggara sampai Siria di Asia Barat daya, merupakan Lembah/ cekungan yang terbentuk oleh gerakan tarikan (pull- apart basin) zona sesar mendatar mengiri (Zona Sesar Laut Mati, terdiri atas Sesar Yudea dan Sesar Moab). Lokasi Bab edh-Dhra (Sodom) dan Numeira (Gomora) terletak tepat di atas Sesar Moab. Zona Sesar Laut Mati merupakan batas lempeng/sub-lempeng (transform boundary antara Lempeng Arabia dan Sublempeng Sinai (Lempeng Afrika). Lempeng Arabia sampai saat ini masih aktif bergerak melalui Sesar Laut Mati ke arah utara dengan kecepatan 6 mm/tahun.
Sedimen Pliosen Formasi Sedom terutama terdiri atas endapan garam (halit) anhidrit dan gipsum diendapkan secara cepat dalam Cekungan Laut Mati yang aktif tenggelam. Di atasnya diendapkan sedimen silisiklastik Plistosen Formasi Amora dan Formasi Lisan.
Laut Mati merupakan wilayah dengan kegempaan yang tinggi. Sepanjang sejarah dan sampai saat ini telah terjadi gempa-gempa dengan berbagai magnitude sampai 7,0+ dan umumnya dangkal (< 33 km). Episentrum-episentrum gempa historis maupun yang baru terkonsentrasi di sepanjang zona Sesar Laut Mati. Sesar mendatar dan sesar normal merupakan mekanisme umum penyebab gempa di Laut Mati. Keberadaan sesar mendatar, wilayah gempa aktif dan sedimentasi cepat di Cekungan Laut Mati telah menghasilkan kondisi elisional yang telah menyebabkan banyaknya diapir garam dan/atau diapir lempung/serpih naik ke permukaan, dengan distribusi dikontrol sesar mendatar dan sebagian muncul ke permukaan menjadi gunung garam dan gunung lumpur seperti Jebel Usdum. Cekungan Laut Mati telah menggenerasikan hidrokarbon yang sebagian terakumulasi sebagai deposit aspal dengan kandungan belerang yang tinggi karena batuan induknya berupa karbonat marin.
Bila kita kaji kembali jalannya bencana pembinasaan Sodom dan Gomora berdasarkan: kitab Kejadian 19 : 24-27 “Kemudian Tuhan menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari Tuhan, dari langit, dan ditunggangbalikkan-Nya-lah kota-kota itu dan Lembah Yordan dan semua penduduk kota-kota serta tumbuh-tumbuhan di tanah. Ketika Abraham pagi-pagi pergi ke tempat ia berdiri di hadapan Tuhan itu, dan memandang ke arah Sodom dan Gomora serta ke seluruh tanah Lembah Yordan, maka dilihatnyalah asap dari bumi membubung ke atas sebagai asap dari dapur peleburan” dan Kitab Al Qur’an Surat Huud: 82, “Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah [Kami balikkan], dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi”.
Gambar 6. Peta menunjukkan interpretasi struktur, sesar-sesar utama, deposenter, dan penyebaran diapir garam. Penyebaran diapirdiapir garam ini dikontrol oleh sesar mendatar (ten Brink et al., 1993). Pada peta ditunjukkan lokasi Sodom dan Gomora berdasarkan penggalian arkeologi. Foto-foto menunjukkan pilar-pilar garam yang muncul di lokasi Gunung Sedom (Jebel Usdum), merupakan bagian puncak diapir/gunung garam (Frumkin, 2009).
Penemuan-penemuan arkeologi yang menunjukkan peristiwa-peristiwa kebencanaan di sekitar tempat yang dicurigai sebagai Sodom dan Gomora yaitu Bab edh-Dhra (Sodom) dan Numeira (Gomora), maka dapat ditafsirkan bahwa Sodom dan Gomora dibinasakan melalui rentetan bencana-bencana geologi dengan urutan: (1) gerakan Zona Sesar Laut Mati, (2) gempa, (3) letusan gunung garam/lumpur/batuan/ aspal berbelerang, dan (4) kebakaran.
Semua kondisi geologi untuk mekanisme bencana di Sodom dan Gomora telah siap seperti telah diterangkan. Berdasarkan penafsiran atas, kitab-kitab suci di atas dan kondisi geologi, dapat kita bayangkan bahwa Tuhan pada suatu waktu menjelang subuh pada sekitar 2000 SM telah menggerakkan Zona Sesar Laut Mati (Sesar Moab) yang terletak tepat di bawah Sodom dan Gomora secara lebih khusus (secara umum zona sesar ini bergerak sinistral enam mm/tahun). Gerakan khusus ini telah mematahkan batuan yang teregang sekian lama karena tekanan oleh gerakan umum sesar. Sesar yang baru terbentuk karena gerakan tekanan secara khusus ini, mematahkan batuan secara mendatar karena Laut Mati berada di lingkungan tektonik sesar mendatar.
Pematahan batuan telah menyebabkan gempa dangkal (< 33 km, berdasarkan data historis gempa-gempa di wilayah ini). Lokasi episentrum diperkirakan terletak di tepi tenggara Laut Mati di sekitar lokasi Sodom dan Gomora. Guncangan hebat terjadi di Sodom, Gomora dan sekitarnya. Penggalian arkeologi dan geologi (Donahue, 1985) menunjukkan bahwa kota-kota Sodom dan Gomora telah diangkat gempa setinggi 28-50 m, kemudian diruntuhkan ke sisi utara kota-kota tersebut. Magnitude gempa tidak diketahui, tetapi berdasarkan kisah kitab-kitab suci yang menceritakan bahwa bangunan-bangunan di kota-kota itu runtuh dan terbalik-balik atau terjungkirbalik serta morfologi Lembah Yordan pun terjungkirbalik, maka dapat diduga bahwa gempa tersebut menyebabkan kerusakan pada skala X-XII (intense-cataclysmic) Intensitas Mercalli yang berkorelasi dengan magnitude gempa 7,0+.
Harris dan Beardow (1995) mengajukan hipotesis bahwa pembinasaan Sodom dan Gomora melalui fenomena likuifaksi (liquefaction – lateral spreading) disebabkan gempa yang melanda dataran aluvial Lembah Sidim tempat lokasi Sodom dan Gomora. Dalam likuifaksi, struktur tanah akan runtuh oleh pelarutan dan akan menenggelamkan semua hal (bangunan, bentang alam, dan lain-lain) yang ada di atasnya. Oleh fenomena ini, kota-kota Sodom dan Gomora diperkirakan sudah tenggelam di bawah muka laut Laut Mati. Likuifaksi terjadi ketika tekanan tegasan (shear stress) yang diperlukan untuk menahan stabilitas lereng melampaui kekuatan tegasan (shear strength) yang bisa dipertahankan oleh tanah. Ini dapat terjadi karena likuifaksi berada di bawah beban dinamik, serta matriks tanah yang bersifat lepas cenderung menciut menuju keadaan kritis. Dalam kondisi beban yang tidak bisa dihilangkan, kelakukan penciutan ini akan diwujudkan dalam bentuk kenaikan tekanan pori-pori, sehingga mengurangi tekanan efektif, kekuatan tegasan dan ketegaran.
Penelitian geologi teknik di tepi Laut Mati menunjukkan bahwa selama musim hujan, banjir akan mengendapakan endapan berpasir bersifat lepas-lepas (loose sands), sedangkan selama musim kering, lanau dan lempung diendapkan. Ini telah menghasilkan struktur tanah berupa perselingan lapisan-lapisan endapan pasir yang dapat mengalami likuifaksi dipisahkan oleh lapisan-lapisan lanau yang relatif kedap (impermeable). Likuifaksi yang mungkin terjadi pada zaman pembinasaan Sodom dan Gomora diperkirakan terjadi dalam radius beberapa km meskipun pada lereng yang landai.
Pematahan batuan dan gempa tersebut yang terjadi di lingkungan stratigrafi dan tektonik elisional, telah memicu gerakan diapirik pada beberapa formasi di Cekungan Laut Mati, yaitu lapisan halit, anhidrit dan gipsum Formasi Sedom yang berumur Pliosen dan semua lapisan silisiklastik Plistosen Formasi Amora dan Formasi Lisan. Gerakan diapirik ini juga mengenai akumulasi-akumulasi hidrokarbon dalam beberapa lapisan stratigrafi yang didominasi oleh aspal dan bitumen yang mengandung belerang. Gerakan diapirik ini, dikontrol oleh sesar mendatar sampai ke permukaan, sehingga menembus permukaan tan- ah sebagai gunung garam/gunung lumpur (salt-mud volcanoes) membawa materi-materi garam, anhidrit, gipsum Formasi Sedom, berbagai jenis batuan Formasi Amora dan Formasi Sedom, dan aspal, bitumen serta belerang yang secara serentak diletuskan, naik ke langit karena tekanan dan efek jet stream.
Aspal dan bitumen karena gesekan dengan udara atau mungkin terbakar petir yang ada saat itu kemudian menjadi sumber api. Semua materi yang diletuskan ini lalu kembali ke permukaan Bumi sebagai hujan api dan belerang yang nampak berasal dari langit (Kejadian 19 : 24) disertai batu-batuan dan tanah yang juga terbakar (Surat Huud : 82), juga semua endapan garam (halit, anhidrit) menghujani Sodom dan Gomora yang saat itu bangunan-bangunannya sudah terjungkirbalikkan oleh gempa
Bencana geologi ini menewaskan seluruh penduduk Sodom dan Gomora, kecuali tiga orang saja, yaitu Lot/Luth dan kedua putrinya. Istri Lot/Luth pun tewas dan tertutup garam. Di selatan Laut Mati, banyak ditemukan pilar garam, diperkirakan sisa endapan letusan, dan orang-orang di sana umum menyebutnya dengan istilah Lot’s Wife (Halley, 1965) (Gambar 6).
Demikian penafsiran jalannya pembinasaan Sodom dan Gomora berdasarkan kajian kondisi geologi Laut Mati dan kitab-kitab suci. Ketika Abraham pagi-pagi dari kejauhan (di Hebron, Pegunungan Yudea) memandang ke arah timur, ke arah Sodom dan Gomora, yang dilihatnya hanyalah asap dari bumi yang membubung ke atas seperti asap dari dapur peleburan (Kejadian 19 : 27). Dapat diduga bahwa pembinasaan Sodom dan Gomora hanya berlangsung beberapa saat saja pada suatu subuh.
Sumber :
Geomagz Vol. I No.3 September 2011, Selain itu tulisan ini pernah dipresentasikan dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Lombok, 2010.
0 komentar:
Post a Comment