Pertemuan dua lautan merupakan sebuah fenomena alam yang telah dijelaskan di dalam Al-Quran 14 abad silam.
“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar dan segar dan yang lain sangat asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang tidak tembus” (QS Al Furqan:53).
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.” (QS Ar-Rahman:19-20)
Secara ilmiah fenomena ini telah di teliti oleh banyak ahli. Salah satunya yaitu seorang Oceanografer berkebangsaan Prancis, Jaques Yves Cousteau, telah mengungkap pertemuan dua laut yang tidak bercampur. Ia meneliti pertemuan Samudra Atlantik dan Mediterania yang tidak bercampur satu dengan yang lain.
Batas dua laut dapat diartikan sebagai batas vertikal atau batas horizontal. Pengertian batas dua laut sebenarnya bisa pula membujur secara horizontal, membatasi laut yang berdampingan. Antara laut bagian atas yang mempunyai suhu hangat, salinitas rendah, arusnya bergerak ke arah barat dengan laut bagian bawah yang mempunyai suhu rendah, salinitas tinggi dan arusnya mengalir ke timur. Pembatasan ini bisa terjadi karena dua bagian laut ini mempunyai perbedaan sifat fisika maupun kimia.
Batas dua laut dapat diartikan sebagai batas vertikal atau batas horizontal. Pengertian batas dua laut sebenarnya bisa pula membujur secara horizontal, membatasi laut yang berdampingan. Antara laut bagian atas yang mempunyai suhu hangat, salinitas rendah, arusnya bergerak ke arah barat dengan laut bagian bawah yang mempunyai suhu rendah, salinitas tinggi dan arusnya mengalir ke timur. Pembatasan ini bisa terjadi karena dua bagian laut ini mempunyai perbedaan sifat fisika maupun kimia.
Batas yang melintang horizontal bisa kita jumpai pada kawasan di antara dua teluk yang memisahkan antara air laut bagian atas yang berasal dari Teluk Oman dan air laut bagian bawah yang berasal dari Teluk Persia. Selain itu, dapat dijumpai juga di Selat Gibraltar antara Laut Mediterania dengan Lautan Atlantik atau Selat Bosporus antara Laut Hitam dan Laut Marmara (Laut Aegean).
Kadar garam yang tinggi selalu berada di kolom air laut sebelah dalam di tempat-tempat bergaris lintang tinggi yang suhunya dingin (misalnya di kawasan kutub). Sebaliknya di kawasan khatulistiwa salinitas tinggi berada di permukaan. Salinitas akan semakin rendah seiring dengan makin dalamnya kolom air. Kondisi ini menunjukkan bahwa air laut tidak seragam dari atas ke bawah, tidak sama antara laut yang hangat dan laut yang dingin.
Aliran air yang mengalir di permukaan laut membawa air laut hangat dari kawasan tropis di bawah garis khatulistiwa menjauh menuju dua kutub di utara dan selatan. Pergerakannya terdiri dari iklim (angin, tekanan udara, suhu), lokasi laut terhadap benua dan Efek Coriolis. Pergerakan arus permukaan laut ini hanya melibatkan sekitar 10% dari keseluruhan volume air laut. Namun, pergerakan volume aliran arus air yang lebih besar di bagian kolom air yang dalam lebih ditentukan oleh perbedaan densitas air laut, suhu dan perbedaan salinitas. Gerakan aliran arus bawah ini dikenal dengan suatu pola sirkulasi thermohaline.
Pada perairan di Selat Gibraltar ternyata terdapat aliran arus laut yang berlawanan arah. Arus permukaan mengalir masuk ke Laut Mediterania sedangkan arus dalamnya mengalir keluar menuju Lautan Atlantik. Adanya perbedaan arah aliran ini dipengaruhi oleh perbedaan salinitas (kadar keasinan air laut). Air laut di Selat Gibraltar yang memiliki salinitas tinggi berat jenisnya lebih besar daripada air laut di dekat permukaan yang salinitasnya rendah. Arus yang masuk ke Laut Tengah (Laut Mediterania) mempunyai salinitas rendah, tidak seasin air laut yang mengalir di bawahnya. Dengan adanya dua aliran yang berbeda arah pada lokasi yang sama menunjukkan adanya batas antara dua aliran air laut pada kedalaman tertentu. Inilah salah satu contoh terjadinya dua laut dengan batas yang tidak saling melampaui.
0 komentar:
Post a Comment